JANGAN LUPA KASIH KOMENTAR DAN FOLLOW BLOG INI YACH TEMAN-TEMAN.....^___^

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kalian Boleh Copas atau nyumut2 isi blog ini tapi untuk Artikel yang diijinkan yah itupun dengan syarat
HARUS CANTUMKAN FULL CREDITNYA!!!
jika mencuri hasil karya tulisan orang lain, bagaimana tulisanmu juga mau diapresiasi orang lain?
yuk mari kita saling mendukung satu sama lain \^o^/
Makasih udah mau mampir

baca novel dan FICTION bersambung karanganku di blog

Kamis, 13 Januari 2011

RECEPTION STUDIES DALAM RISET AUDIENS

Dalam kajian komunikasi reception studies biasanya dipakai salah satu alternatif dalam riset audiens sebagai salah satu metode alternatif dalam riset audiens, kemunculan reception studies bukan sebagai reaksi terhadap metode survey dalam riset audiens (metode yang paling banyak dipakai) melainkan lebih sebagai alternatif dari metode analisis teks dalam studi media. apa kesamaan dan perbedaan antara analisis teks media dan reception studies? kedua metode tersebut sama2 memakai pendekatan kualitatif dan sama-sama berupaya menemukan makna pesan melalui penelitian.

Perbedaannya adalah dalam analisis teks media, makna temuan penelitian dicapai melalui pemaknaan atas teks oleh peneliti sementara dalam reception studies, makna yang ditemukan merupakan hasil pemaknaan pesan / teks media oleh audiens yang diteliti.

dalam sejarah riset audiens, reception studies mulai berkembang awal 1980-an dieropa. mereka yang merintis metode ini dalam studinya beranggapan bahwa para peneliti analisis teks media (termasuk pemakai semiotika)
terlalu percaya akan kemampuannya dalam memakai teks media. mereka memilih cara pandang bahwa pemaknaan teks media yang dianggap penting untuk distudi adalah pemaknaan teks media oleh audiens, dan bukan pemaknaan teks oleh peneliti.

Dalam Reception studies audiens diasumsikan sebagai individu2 yang berada dalam, dan menjadi bagian dari, budaya massa (mass culture). Oleh karenanya dalam reception studies terdapat anggapan bahawa audiens menduduki posisi yang sebenarnya lemah dalam berhadapan dengan media.
Audiens mengonsumsi teks media seperti umumnya kaum muda erkotaan mengonsumsi musik pop, ayam goreng dan produk budaya massa lainnya. contoh studi dengan metode ini misalnya dilakukan oleh Len Ang, kritikus film dan pakar komunikasi berkebangsaan belanda, pada tahun 1979 dalam studinya itu, Ang meneliti penonton serial TV buatan Hollywood yang berjudul Dallas. Kala itu ia menilai bahwa serial yang satu ini tergolong luar biasa, karena berhasildiputar di TV-TV di 90 lebih negara baik di eropa, amerika latin, asian juga afrika. Dibelanda, 52% penduduknya secara rutin menonton serial ini.

dalam risetnya itu, Len Ang memulainya dengan menulis iklan dan dipublikasikan lewat majalah VIVA (majalah perempuan yang terbit di belanda) dan berbunyi "saya suka menonton Dallas di Televisi, namun sering mengalami reaksi2 yang ganjil. bisakan anda menulis dan menceritakan kepada saya kenapa anda juga suka menontonnya, atau tidak menyukainya? saya ingin mencerna reaksi-reaksi ini dalam disertasi saya. silahkan tulis......"

menyusul iklan itu, Ang menerima 42 surat (hanya tiga yang engirimnya laki-laki), baik yang menyukainya maupun yang membenci serial Dallas. Surat-surat itu ia jadikan sebagai basis empiris untuk studinya lebih lanjut, secara mendalam. menurut para penulis surat "kesenangan" atau "ketidaksenangan" terhadap Dallas sangat terkait dengan persoalan "realisme". sampai pada tataran dimana seorang subyek penelitiannya menemukan "baik" / "buruk"-nya program, ditentukan oleh apakah materi tayangan "realitis" (baik) atau "tidak relistis" (buruk).
Dari analisis lebih lanjut, ia temukan bahwa dikalangan pemirsa dallas berkembang apa yang dia sebut "realisme empiris" yakni sebuah teks dianggap realistis sampai dimana teks merefleksikan secara memadai apa yang ada di luar teks itu sendiri. dalam analisisnya pula, Ang menemukan berkembangnya "realisme melodramatik" dikalangan audiens, dalam arti audiens larut atau hanyut kedalam konflik2 dan intrik2 yang dilakukan para tokoh dalam cerita dallas. bahkan sampai pada berkembangnya perasaan benci terhadap tokoh J.R, yang dianggap juga ada dalam lingkungan kehidupan nyata audiens, walau dalam dunia nyata karakter jahat J.R diperankan oleh orang kelas bawah (dan bukan kaum jetset semacam J.R dalam Dallas).

dari data2 semacam itu, sudi resepsi berupaya menganalisisnya dengan mengungkap apa-apa yang ada / bersembunyi dibalik penuturan2 audiens yang distudi. peneliti berupaya mengungkap makna2 terdalam dari fenomena tersebut. karena reception studies termasuk studi berparadigma kritis, maka pertanyaan yang perlu dijawab juga dalam analisis adalah pertanyaan "mengapa", mengapa audiens memperlakukan teks media begitu rupa. Apakah budaya konsumen yang kini berkembang turut mengondisikan penerimaan audiens atas teks media menjadi seperti itu? atau produksi dan reproduksi budaya pop, relevan juga untuk disertakan dalam interpretasi?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LISTEN MY SONG NOW.. YOU MUST LIKE IT!!!